Minggu, 05 November 2017

Perilaku Etika Dalam Bisnis

Etika Bisnis
Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima.Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.

Perkembangan Etika Bisnis
1.     Situasi dahulu.
Berabad-abad lamanya etika berbicara pada taraf ilmiah tentang masalah ekonomi dan bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik lain. Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam Negara dan dalam konteks itu mereka membahas juga bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.     Masa peralihan : tahun 1960-an.
Dalam tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang bisa dilihat sebagaimana persiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam decade berikutnya.Dasawarsa 1960-an ini di Amerika Serikat (dan dunia barat pada umumnya) ditandai oleh pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa, penolakan terhadap establishment.
3.     Etika bisnis lahir di Amerika Serikat : tahun 1970-an.
Kelahiran etika bisnis di Amerika serikat pada pertengahan tahun 1970-an, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat.
4.      Etika bisnis meluas ke Eropa : tahun 1980-an.
Semakin banyak fakultas ekonomi atau sekolah bisnis di Eropa mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya,sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib ditempuh.
5.      Etika bisnis menjadi fenomena global : tahun 1990-an.
Etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat.Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan, dan dikembangkan diseluruh dunia.Tanda bukti sifat global etika bisnis adalah didirikannya International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi  Sikap dan Perilaku Etis Akuntan :
1.     Faktor posisi / kedudukan.
Semakin tinggi posisi / kedudukan cenderung memiliki pemikiran etis yang rendah, sehingga berakibat pada rendahnya sikap dan perilaku etis mereka.
2.     Faktor imbalan yang diterima ( berupa gaji / upah dan penghargaan /insentif).
Pada dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan pekerjaannya. Karena dengan upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik dan ada kecenderungan untuk bekerja secara jujur disebabkan ada rasa timbal balik yang selaras dan tercukupi kebutuhannnya.
3.     Faktor pendidikan (formal, nonformal dan informal).
Sudibyo (1995) menyatakan bahwa pendidikan akuntansi (pendidikan formal) mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis akuntan publik.
4.     Faktor organisasional (perilaku atasan, lingkungan kerja, budaya organisasi, hubungan dengan rekan kerja).
Komitmen atasan merupakan wibawa dari profesi, bila atasan tidak memberi contoh yang baik pada bawahan maka akan menimbulkan sikap dan perilaku tidak baik dalam diri bawahan. Lingkungan kerja turut menjadi faktor yang mempengaruhi etika individu. Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada segala pihak, termasuk para pekerja, hasil pekerjaan dan perilaku di dalamnya.
5.     Faktor lingkungan keluarga.
Pada umumnya individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis/ searah dengan sikap dan perilaku orang-orang yang dianggapnya penting (dalam hal ini anggota keluarga).
6.     Faktor pengalaman hidup.
Beberapa pengalaman hidup yang relevan dapat mempengaruhi sikap etis apabila pengalaman hidup tersebut meninggalkan kesan yang kuat.
7.      Faktor religiusitas.
Agama sebagai suatu sistem, mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena ia meletakkan dasar konsep moral dalam individu.
8.      Faktor hukum (sistem hukum dan sanksi yang diberikan).
9.      Faktor Emotional Quotient (EQ).
EQ adalah bagaimana seseorang itu pandai mengendalikan perasaan dan emosi pada setiap kondisi yang melingkupinya.

Pentingnya Etika Dalam Bisnis
Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro.
a.      Perspektif Makro.
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa.
b.      Perspektif Bisnis Mikro.
Dalam lingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan.Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.

Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Pengendalian Diri.
Artinya, pelaku-pelaku bisnis masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2.      Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility).
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk  uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendi dikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
3.      Mempertahankan Jati Diri.
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang - ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4.      Menciptakan Persaingan Yang Sehat .
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis.
5.      Menerapkan Konsep "Pembangunan Berkelanjutan".
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6.      Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi).
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencermarkan nama bangsa dan negara.
7.      Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar.
8.      Menumbuhkan Sikap Saling Percaya Antar Golongan Pengusaha.
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang kondusif harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah.
9.      Konsekuen dan Konsisten Dengan Aturan Main Bersama.
10.  Memelihara Kesepakatan atau Menumbuhkembangkan.
11.  Menuangkan ke Dalam Hukum Positif .
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut.

Sumber :
  • Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
  • Fahmi Irham. 2014. Etika Bisnis. Bandung : Alfabeta.
  • Hariyanti. Tinjauan Tentang Etika, Hak dan Kewajiban Karyawan Dalam Perusahaan. Jurnal STIE-AUB Surakarta.
  • Hasan, Mudrika Alamsyah. 2009. Etika & Profesional Akuntan Publik. Pekbis Jurnal, Vol.1, No.3 : 159-167.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar