Etika Bisnis
Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima.Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.
Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima.Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.
Perkembangan Etika Bisnis
1. Situasi
dahulu.
Berabad-abad
lamanya etika berbicara pada taraf ilmiah tentang masalah ekonomi dan bisnis
sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik lain. Pada awal sejarah
filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam Negara dan dalam
konteks itu mereka membahas juga bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga
harus diatur.
2. Masa
peralihan : tahun 1960-an.
Dalam
tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang bisa dilihat sebagaimana persiapan
langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam decade berikutnya.Dasawarsa 1960-an
ini di Amerika Serikat (dan dunia barat pada umumnya) ditandai oleh
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa, penolakan
terhadap establishment.
3. Etika
bisnis lahir di Amerika Serikat : tahun 1970-an.
Kelahiran
etika bisnis di Amerika serikat pada pertengahan tahun 1970-an, sejumlah filsuf
mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis, dan
etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat.
4. Etika
bisnis meluas ke Eropa : tahun 1980-an.
Semakin
banyak fakultas ekonomi atau sekolah bisnis di Eropa mencantumkan mata kuliah
etika bisnis dalam kurikulumnya,sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib
ditempuh.
5. Etika
bisnis menjadi fenomena global : tahun 1990-an.
Etika
bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat.Kini etika bisnis dipelajari,
diajarkan, dan dikembangkan diseluruh dunia.Tanda bukti sifat global etika
bisnis adalah didirikannya International Society for Business, Economics, and
Ethics (ISBEE).
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan
:
1. Faktor
posisi / kedudukan.
Semakin
tinggi posisi / kedudukan cenderung memiliki pemikiran etis yang rendah,
sehingga berakibat pada rendahnya sikap dan perilaku etis mereka.
2. Faktor
imbalan yang diterima ( berupa gaji / upah dan penghargaan /insentif).
Pada
dasarnya seseorang yang bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan
pekerjaannya. Karena dengan upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan
timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik dan ada kecenderungan untuk
bekerja secara jujur disebabkan ada rasa timbal balik yang selaras dan
tercukupi kebutuhannnya.
3. Faktor
pendidikan (formal, nonformal dan informal).
Sudibyo
(1995) menyatakan bahwa pendidikan akuntansi (pendidikan formal) mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perilaku etis akuntan publik.
4. Faktor
organisasional (perilaku atasan, lingkungan kerja, budaya organisasi, hubungan
dengan rekan kerja).
Komitmen
atasan merupakan wibawa dari profesi, bila atasan tidak memberi contoh yang
baik pada bawahan maka akan menimbulkan sikap dan perilaku tidak baik dalam
diri bawahan. Lingkungan kerja turut menjadi faktor yang mempengaruhi etika
individu. Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula pada
segala pihak, termasuk para pekerja, hasil pekerjaan dan perilaku di dalamnya.
5. Faktor
lingkungan keluarga.
Pada
umumnya individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis/ searah dengan
sikap dan perilaku orang-orang yang dianggapnya penting (dalam hal ini anggota
keluarga).
6. Faktor
pengalaman hidup.
Beberapa
pengalaman hidup yang relevan dapat mempengaruhi sikap etis apabila pengalaman
hidup tersebut meninggalkan kesan yang kuat.
7. Faktor
religiusitas.
Agama
sebagai suatu sistem, mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena ia
meletakkan dasar konsep moral dalam individu.
8. Faktor
hukum (sistem hukum dan sanksi yang diberikan).
9. Faktor
Emotional Quotient (EQ).
EQ
adalah bagaimana seseorang itu pandai mengendalikan perasaan dan emosi pada
setiap kondisi yang melingkupinya.
Pentingnya
Etika Dalam Bisnis
Perilaku
etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik
lingkup makro maupun mikro.
a. Perspektif
Makro.
Pertumbuhan
suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan
efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa.
b. Perspektif
Bisnis Mikro.
Dalam
lingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup
mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan
saling berhubungan.Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga
etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan
baik.
Dalam
menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian
Diri.
Artinya,
pelaku-pelaku bisnis masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun
dan dalam bentuk apapun.
2. Pengembangan
Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility).
Pelaku
bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk uang dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Tanggung jawab sosial bisa
dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal
pendi dikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
3. Mempertahankan
Jati Diri.
Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang - ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan
Persaingan Yang Sehat .
Persaingan
dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat
jalinan yang erat antara pelaku bisnis.
5. Menerapkan
Konsep "Pembangunan Berkelanjutan".
Dunia
bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6. Menghindari
Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi).
Jika
pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan
terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk
permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencermarkan
nama bangsa dan negara.
7. Mampu
Menyatakan Yang Benar Itu Benar.
8. Menumbuhkan
Sikap Saling Percaya Antar Golongan Pengusaha.
Untuk
menciptakan kondisi bisnis yang kondusif harus ada sikap saling percaya (trust)
antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah.
9. Konsekuen
dan Konsisten Dengan Aturan Main Bersama.
10. Memelihara
Kesepakatan atau Menumbuhkembangkan.
11. Menuangkan
ke Dalam Hukum Positif .
Perlunya
sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari
etika bisnis tersebut.
Sumber
:
- Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
- Fahmi Irham. 2014. Etika Bisnis. Bandung : Alfabeta.
- Hariyanti. Tinjauan Tentang Etika, Hak dan Kewajiban Karyawan Dalam Perusahaan. Jurnal STIE-AUB Surakarta.
- Hasan, Mudrika Alamsyah. 2009. Etika & Profesional Akuntan Publik. Pekbis Jurnal, Vol.1, No.3 : 159-167.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar