PEREKONOMIAN INDONESIA
DISUSUN OLEH :
1. HANIFATURRIZQI AMALIA (24214765)
2. INDAH DWI PRATIWI (25214257)
3. RIZKIYAH PRATAMA (29214655)
4. SUSAN KESUMA SARI (2A214538)
1EB08
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia, serta untuk kebutuhan kami agar dapat lebih memahami tentang perkembangan industrialisasi. Pada kesempatan ini kami membahas tentang “Industrialisasi di
Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini
penulis menggunakan beberapa referensi dari berbagai sumber. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, mengingat keterbatasan itu maka penulis meminta maaf dan membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari ibu dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia
khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta,
20 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi ................................................ 3
2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi....................................... 4
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi ................................................ 3
2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi....................................... 4
2.3 Perkembangan sektor industri manufaktur nasional..................... 5
2.4 Permasalahan industrialisasi ....................................................... 10
2.5 Strategi pembangunan sektor industri......................................... 13
2.4 Permasalahan industrialisasi ....................................................... 10
2.5 Strategi pembangunan sektor industri......................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................... 20
KETERANGAN ................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk
pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai
dengan zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba
masa berburu dan mengambil makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa
berternak dan bercocok tanam atau food producing.
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang
giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram,
tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia
tersebut di atas, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan,
termasuk salah satu diantaranya adalah mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan
laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan
perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang
tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor
perekonomian yang sangan dominan di zaman sekarang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi
2. Apa saja faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Bagaimana perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Apa saja permasalahan industrialisasi
5. Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Untuk
mengetahui perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Untuk mengetahui macam-macam permasalahan industrialisasi
5. Untuk mengetahui strategi pembangunan sektor industri
BAB II
2.1 Konsep dan tujuan
industrialisasi
- Awal konsep industrialisasiè Revolusi industri abad 18 di Inggris è Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor produksi.
- Selanjutnya penemuan baru pengolahan besi & mesin uap sehingga mendorong inovasi è Baja, kereta dan kappa tenaga uap.
- Setelah PD II muncul teknolgi baru è Asembly line, listrik, motor, barang sintetis, telekomunikasi, elektronik, bio, computer & robot.
- Perubahan Pola dan Volume Perdagangan Dunia dan Proses Industrialisasi di dunia
Tujuan
industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam
yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara berkembanga yang mampu
memanfaatkannya dengan baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara
tersebut.
Industrialisasiè suatu proses
interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan
dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan
struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan
salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya
beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti
Kuwait &libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
2.2 Faktor-faktor pendorong
industrialisasi
Faktor pendorong
industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara)
:
·
Kemampuan teknologi dan
inovasi
·
Laju pertumbuhan
pendapatan nasional per kapita.
·
Kondisi dan struktur
awal ekonomi dalam negeri.
Negara yang awalnya
memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri
tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih
cepat.
·
Besar pangsa pasar DN
yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Pasar dalam negeri yang besar, seperti
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan salah satu
faktor perangsang bagi pertumbuhan kegiatan-kegaiatan ekonomi, termasuk
industri, karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi
dalam proses produksi(dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya
mendukung). Jika pasar domestic kecil, maka ekspor merupakan alternatif satu”
nya untuk mencapai produksi optimal.
·
Ciri industrialisasi
Yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
·
Keberadaan SDA
Ada kecenderungan
bahwa Negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan
ekonominya relatif lebih rendah, dan Negara tersebut cenderung tidak atau
terlembat melakukan industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih
lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin SDA.
·
Kebijakan/strategi
pemerintah
Pola Industrialisasi di Negara yang
menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang
protektif(sepertiIndonesia terutama selama pemerintahan Orde Baru hingga krisis
terjadi) berbeda dengan di Negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor
dalam mendukung industri nya.
2.3 Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama
perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di
sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara
nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas
produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998
dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di
Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang
menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri
manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006
oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di
berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara
yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di
posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang
meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global,
menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah
industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya
kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang
wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi
juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sector industry manufaktur di banyak Negara
berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia
Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25
tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat
hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi Perkembangan Manufaktur Nasional:
Untuk melihat sejauh mana perkembangan
industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan
kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN,
misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan
PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output
rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini
menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang
tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi Perkembangan Manufaktur Nasional:
A.
Pertumbuhan Output
Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
Proses
industrialisasi yang terjadi pada negara-negara ASEAN yang pesat disorong oleh
laju pertumbuhan output industri yang pesat karena menyebabkan terjadinya
penambahan struktural yang cukup luas di dalam perekonomian negara tersebut.
Hal
ini dikarenakan, sektor industri menaglami laju pertumbuhan yang sangat pesat,
melebihi laju pertumbuhan di negara berkembang dengan rata-rata 50-100% pada
1970-an, bahkan dengan batas rata-rata yang lebih tinggi pada 1980-an. Pangsa
sektor manufaktur terhadapa toal output industri telah menjadi lebih dari 2
kali lipat di Indonesia maupun Malaysia, dan hampir 2 kali lipat di Thailand.
Ke-empat ekonomi tersebut kini telah melampaui titik belok yang penting di
jalan panjang pembangunan ekonomi dalam hal output sektor manufaktur yang
melebihi output sektor pertanian.(Hill, 2003).
Selain
itu, menurut Hill, hal lain yang mungkin penting adalah pelaksanaan
industrialisasi di ke-empat negar tersebut telah berhasil melampaui suatu
proses pergeseran secara bertahap selama 1970-an, dari yang tadinya
berorientasi ke pasar domestik (subtitusi impor) ke industri yang berorientasi
ke pasar global.
B. Pendalaman Struktur Industri
B. Pendalaman Struktur Industri
Pembangunan
ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian
menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur struktur industri adalah distribusi dari jumlah unti produksi (perushaan) yang ada dan total NO atau NT dari sektor industri menurut kelompok industri (subsektor). Kaena semakin tingginya subsektor industri, berarti semakin tingginya diversifikasi produksi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur struktur industri adalah distribusi dari jumlah unti produksi (perushaan) yang ada dan total NO atau NT dari sektor industri menurut kelompok industri (subsektor). Kaena semakin tingginya subsektor industri, berarti semakin tingginya diversifikasi produksi.
Distribusi
PDB menurut subsektor industri juga dapat berperan sebagai indikator poengukur
tingkat diversifikasi industri. Semakin maju industri manufaktur, semakin besar
kontribusi output dari kelompok-kelompok industri berteknologi tinggi terhadap
pembentukan PDB.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
- Penawaran agregat perkembangan teknologi, kualitas SDM, dan inovasi material baru untuk produksi.
- Permintaan agregat peningkatan pendapatan per kapita yang mengubah volume dan pola konsumsi.
Orientasi
perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi
sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi. Sisi permintaan agergat, pasar
domestik barang konsumsi berkembang pesat seiring laju penduduk dan peningkatan
pendapatan masyarakat per kapita. Sedangkan pada sisi penawaran agregat, sarana
dan prasarana menunjang untuk produksi.
C. Teknologi dari Produk Manufaktur
Untuk membandingkan dan menganalisa kemampuan T dari produksi di negara-negara berbeda, karena industri dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. Kategori pertama yaitu industri denagn teknoklogi yang tinggi, contohnya obat-obatan, komputer, alat-alat perkantoran, barang elektronik, dan kendaraan bermotor. Kategoti kedua yaitu industri dengan T yang menengah, contohnya produk-produk dari logam sederhana, produk-produk dari plasitik dan karet, dan penyulingan minyak. Kategori ketiga adalah industri dengan T rendah, seperti kertas dan percetakan, pakaian jadi, makanan, minuman, rokok, dan mebel.
C. Teknologi dari Produk Manufaktur
Untuk membandingkan dan menganalisa kemampuan T dari produksi di negara-negara berbeda, karena industri dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. Kategori pertama yaitu industri denagn teknoklogi yang tinggi, contohnya obat-obatan, komputer, alat-alat perkantoran, barang elektronik, dan kendaraan bermotor. Kategoti kedua yaitu industri dengan T yang menengah, contohnya produk-produk dari logam sederhana, produk-produk dari plasitik dan karet, dan penyulingan minyak. Kategori ketiga adalah industri dengan T rendah, seperti kertas dan percetakan, pakaian jadi, makanan, minuman, rokok, dan mebel.
Tingkat perkembangan industri
manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri.
Struktur industri:
1) Ragam produk barang konsumsi,
sederhana, barang konsumsi dengan kandungan teknologi yanglebih canggih, barang
modal.
2) Intensitas pemakain faktor
produksi barang dengan padat karya dan barang dengan padat modal. Orinetasi
pasar barang domestik dan barang ekspor.
D. Ekspor
D. Ekspor
Kinerja
ekspor (X) dari produk-produk manufaktur juga dapat digunakan sebagai salah
satu indikator alternatif untuk mengukur derajat pembangunan dari industri
manufaktur. Kinerja X bisa ada dalam 3 arti, yaitu laju pertumbuhan volume atau
nilai X dan diversifikasi, baik dalam produk maupun pasar/ negara tujuan. Pada
umumnya, industri manufaktur suatu negara dikatakan sudah maju apabila laju
pertumbuhan X manufakturnya rata-rata per tahun tinggi dan tingkat
diversifikasi produk seta pasar dan negara tujuannya tinggi.
Hasil analisis Wolrd Bank tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia lemah dalam prosuk-produk manufaktur yang prospek masa depannya sangat baik. Data BPS juga menunjukkan bahwa diversifikasi X manufaktur Indonesia cukup tinggi, namun masih hanya didominasi oleh industri kecil dan menengah ke bawah, terutama pada barang-barang konsumsi. Selain itu, industri Indonesia juga masih didominasi dengan produk-produk berbasis pertanian. Di sisi lain, harga dunia untuk komoditi berbasis pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan komoditas berteknologi menengah ke atas, seperti komputer, mesin, dan otomotif, bahkan pasaran harga komoditas-komoditas ini kian meningkat dari waktu ke waktu.
E. Gejala Deindustrialisasi
Hasil analisis Wolrd Bank tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia lemah dalam prosuk-produk manufaktur yang prospek masa depannya sangat baik. Data BPS juga menunjukkan bahwa diversifikasi X manufaktur Indonesia cukup tinggi, namun masih hanya didominasi oleh industri kecil dan menengah ke bawah, terutama pada barang-barang konsumsi. Selain itu, industri Indonesia juga masih didominasi dengan produk-produk berbasis pertanian. Di sisi lain, harga dunia untuk komoditi berbasis pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan komoditas berteknologi menengah ke atas, seperti komputer, mesin, dan otomotif, bahkan pasaran harga komoditas-komoditas ini kian meningkat dari waktu ke waktu.
E. Gejala Deindustrialisasi
Perkembangan industri manufaktur di Indonesia
juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto atau PDB.
Bahkan pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006, banyak pengamat ekonomi yang mengkhawatirkan terjadinya de-industrialisasi di
Indonesia akibat pertumbuhan sektor industri manufaktur yang terus merosot.
Deindustrialisasi merupakan gejala menurunnya
sektor industri yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan industri manufaktur
yang berlangsung secara terus menerus. Melorotnya perkembangan sektor industri
manufaktur saat itu mirip dengan gejala yang terjadi menjelang ambruknya rezim orde
baru pada krisis global yang terjadi pada tahun
1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap produk domestik bruto, merosotnya
pertumbuhan industri manufaktur juga menurunkan kemampuannya dalam penyerapan
tenaga kerja
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa pada triwulan
pertama tahun 2005, pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia sebenarnya
masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,1 persen. Namun memasuki triwulan kedua
tahun 2005 perkembangannya terusmerosot. Bahkan pada akhir tahun 2005,
perkembangan industri manufaktur kita hanya mencapai 2,9 persen. Kondisi ini
semakin parah setelah memasuki triwulan pertama tahun 2006 karena
pertumbuhannya hanya sebesar 2,0 persen.
F. Problem Pengangguran
Sebagai sektor industri yang sangat penting,
perkembangan industri manufaktur memang sangat diandalkan. Penurunan pertumbuhan
sektor industri ini dapat menimbulkan efek domino yang sangat meresahkan. Bukan
saja akan menyebabkan PDB menurun namun yang lebih mengkhawatirkan adalah
terjadinya gelombang pengangguran baru.
Apalagi problem pengangguran yang ada saat ini saja masih belum mampu diatasi
dengan baik.
Kita mestinya bisa belajar banyak dari
pengalaman tragedi ekonomi tahun 1998. Selain menyangkut fondasi perekonomian
nasional yang mesti diperkuat, sejumlah ahli juga melihat perlunya membenahi
strategi pembangunan industri di Indonesia. Kalau perlu,
pemerintah bisa melakukan rancang ulang atau redesign menyangkut visi dan misi
pembangunan industri, dari sejak hulu hingga hilir. Paling tidak agar produk
industri kita mampu bersaing di pasar global.
2.4 Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal
ini karena:
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan &
penelitian
masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1)
Kelemahan struktural
·
Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi
produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a) Terbatas pada empat produk
(kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b) Pasar tekstil & pakaian
jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki & Norwegia
c) USA, Jepang & Singapura
mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &
pakaian jadi dari Indonesia
d) Produk penyumbang 80% dari
ekspor manufaktur indonesia masih mudah
terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e) Banyak produk manufaktur
terpilih padat karya mengalami penurunan harga
muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f) Produk manufaktur tradisional menurun daya
saingnya sbg akibat factorinternal seperti tuntutan kenaikan upah
·
Ketergantungan impor sangat tinggi
Pada tahun 1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi
tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses
penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a) Nilai impor bahan
baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b) Industri padat karya seperti
tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepadaimpor bahan baku,
komponen & input perantara masih tinggi.
c) PMA sector manufaktur masih
bergantung kepada suplai bahan baku &komponen dari LN
d) Peralihan teknologi (teknikal,
manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari
PMA masih terbatas
e) Pengembangan produk dengan
merek sendiri dan pembangunan jaringanpemasaran masih terbatas
a) Kontribusi industri
berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan sektor industri
manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b) Kontribusi produk padat modal
(material dari plastik, karet, pupuk, kertas,besi & baja) thd ekspor
menurun 1985 – 997
c) Produksi produk dg teknologi
rendah berkembang pesat
·
Konsentrasi regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2)
Kelemahan organisasi
·
Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat Karya)
·
Konsentrasi Pasar
·
Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
·
SDM yang lemah
2.5 Strategi
pembangunan sektor industri
Tujuan
pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasipermasalahan dan kelemahan baik di sektor industri
maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu:
1. Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri;
2. Meningkatkan
ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri
3. Memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian;
4. Mendukung
perkembangan sector infrastruktur;
5. Meningkatkan
kemampuan teknologi;
6. Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
7. Meningkatkan
penyebaran industri.
Bertitik
tolak dari hal-hal tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka kebijakan
dalam pembangunan industrimanufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan
globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi.perkembangan perubahan
lingkungan yang sangat cepat. Persaingan internasional merupakan suatu
perspektif baru bagi semua negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga
fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya
saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu,
strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan memperhatikan
kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, adalah melalui
pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang kolektif. Industri
manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing
tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia
(comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk
serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau
daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia
Indonesia (competitive advantage).
Bangun
susun sektor industri yang diharapkan harus mampu menjadi motor penggerak utama
perekonomian nasional dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian
nasional di masa yang akan datang. Sektor industri prioritas tersebut dipilih
berdasarkan keterkaitan dan kedalaman struktur yang kuat serta memiliki daya
saing yang berkelanjutan serta tangguh di pasar internasional.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Dengan
memperhatikan permasalahan yang bersifat nasional baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam rangka peningkatan daya saing, maka pembangunan industri nasional
yang sinergi dengan pembangunan daerah diarahkan melalui dua pendekatan.
Pertama, pendekatan top-down yaitu pembangunan industri yang direncanakan (by
design) dengan memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional dan
diikuti oleh partisipasi daerah. Kedua, pendekatan bottom-up yaitu melalui
penetapan kompetensi inti yang merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki
daya saing. Dalam pendekatan ini Departemen Perindustrian akan berpartisipasi
secara aktif dalam membangun dan mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut.
Hal ini sekaligus merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan
pengangguran.
Strategi
ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- Subtitusi Impor (inward-looking)
- Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi
industrialisasi
1.
Strategi
Subtitusi Impor
·
Lebih
menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
·
Strategi
subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
·
Dilandasi
oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
1. Pertimbangan
yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja)
cukup
tersedia potensi permintaan dalam negeri memadai
b. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur
dalam negeri
c. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan
kerja lebih luas
d. Dapat mengurangi ketergantungan impor
Penerapan strategi subtitusi impor dan
hasilnya di Indonesia
-
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama
orde baru
-
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
- Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru
menimbulkan high cost economy
-
Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri,
sangat diproteksi
2. Strategi
Promosi Ekspor
·
Lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usahadalam negeri
·
Tidak
ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah
·
Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
· Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
3.
Kebijakan
Industrialisasi
·
Dirombaknya
system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
· Dikuranginya
fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
·
Diberlakukannya
Undang-undang PMA
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dampak
positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui
yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak
negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan
kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada
pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat
yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan.
Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak
positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber
alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan sektor industri dalam produksi
nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya
sebesar 21% ke dalam produk
domestik bruto (PDB), ini
berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. (Hartanto,
1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan
sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian (LPE-IBII,
2002).
Dari sudut pandang kepentingan perekonomian
suatu bangsa, industrialisasi memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan
ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun, industrialisasi bukanlah tujuan akhir,
melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk
mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita
tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara, periode
industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur
ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan
kesempatan kerja. (Tulus Tambunan, 2001).
Dapat dipahami bahwa ketika membahas
masalah industrialisasi, selalu terkait dengan sektor pertanian. Sehingga setiap
persoalan industrialisasi akan dibahas secara serempak dengan keterkaitan ke
masalah pertanian. Proses pembangunan di Indonesia tetap diawali dengan
perhatian pada bagaimana menggerakkan perekonomian yang berbasis pertanian.
Karena itu diutamakanlah industri yang menciptakan mesin-mesin pertanian dan
sebagainya. Sasaran pembangunan jangka panjang tahap satu adalah, mengubah
struktur ekonomi dari struktur yang lebih berat dari pada pertanian kepada
struktur yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri. (Hamzah
Haz, 2003). Dengan struktur yang seimbang inilah maka ekonomi rakyat dapat
ditumbuhkan.
Kelemahan mendasar pada pembangunan di
masa lalu adalah, pertumbuhan tidak berhasil mencapai upaya mengaitkan
pertumbuhan dengan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian, dan kemaritiman.
Ini mungkin salah satu alasan mengapa ketika awal pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid dibentuk Menteri Negara Urusan Perikanan dan Sumber Daya
Maritim, karena ketika itu, walaupun dasadari bahwa 60% wilayah Republik
Indonesia adalah lautan. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab gagalnya
proses industrialisasi di Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga
ketika krisis terjadi sebagian besar angkatan kerja lebih 50% masih bekerja di
sektor pertanian, sementara hanya 10% saja yang bekerja di sektor industri.
Pada awal sejarah kehidupan, manusia
baru mengenal dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah disediakan alam.
Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian yang berbasis pertanian, di
mana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek kehidupan. Kegiatan
menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah tangga. Demikian pula
kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang. Perekonomian berbasis
pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian berbasis industri. Tentu
saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek, sehingga perlu
diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola pengaruhnya
kepada kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.
DAFTAR PUSTAKA
http://ivanlipio.blogspot.com/2011/03/industrialisasi.html
KETERANGAN
Hanifaturrizqi
Amalia
Mengerjakan
tentang konsep dan tujuan industrialisasi
Indah
Dwi Pratiwi
Mengerjakan
tentang faktor-faktor pendorong industrialisasi
Rizkiyah
Pratama
Mengerjakan
tentang perkembangan sektor industri manufaktur nasional
Susan
kesuma sari
Mengerjakan
tentang strategi permasalahan industrialisasi
Materi
tentang strategi pembangunan sektor industri dikerjakan oleh : Hanifaturrizqi
Amalia, Indah Dwi Pratiwi, Rizkiyah Pratama, Susan Kesuma Sari